Penyerangan di Mapolda Sumut
'Rupanya, Itulah Kata-kata Terakhirnya yang Menandakan Kami Akan Berpisah Selamanya'
Sosoknya tampak kuyu, lemah dan lesu, kedua kelopak matanya membengkak bukti tangisan kepedihan yang masih membekas.
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Rimawan Prasetiyo
TRIBUNWOW.COM - Kepergian Aiptu Martu Sigalingging yang tewas digorok oleh terduga teroris di Mapolda Sumut, Minggu (25/6/2017), meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi anak dan istrinya.
Melansir dari Warta Kota , warga desa berkumpul di rumah sederhana di Jalan Abdul Gani Siregar, Desa Silandit, Kecamatan Padang Sidempuan, Sumatera Utara pada pukul 01.00, Senin (26/6/2017).
Diketahui, sekumpulan warga desa tersebut sedang menunggu jenazah Aiptu Sigalingging tiba.
Dalam kerumunan itu terlihat sosok Mianna boru Manalu (48), istri dari Aiptu Martua Sigalingging.
Naik Pangkat Usai Terbunuh, Begini Sosok Polisi Korban Penyerangan Mapolda Sumut
Ia tak mampu membendung air matanya ketika berbincang dengan tim Tribun Medan saat itu.
Sosoknya tampak kuyu, lemah dan lesu, kedua kelopak matanya membengkak bukti tangisan kepedihan yang masih membekas.

Tak hanya bersedih, Ia pun kurang tidur setelah mendengar kabar kepergian suaminya yang sedang menjalankan tugas sebagai abdi negara.
Perlahan ia pun mulai dapat menceritakan firasat dan pesan-pesan terakhir yang disampaikan oleh almarhum.
Mianna menceritakan bahwa ia dan Aiptu Martua masih tersambung komunikasi melalui telepon selular pada pukul 23.00 WIB, Sabtu malam, empat jam sebelum kematian suaminya.
Polisi Temukan Barang Ini di Rumah Terduga Teroris yang Serang Mapolda Sumut, Anggota ISIS?
Tak seperti biasanya, malam itu, Martua lebih lama bercakap-cakap dengan istri dan anak-anaknya.
Bahkan, dalam percakapan tersebut, Martua berkali-berkali menyampaikan pesan agar Mianna menjaga anak-anak mereka.
Siapa yang menyangka, pesan tersebut merupakan firasat perpisahan dari Aiptu Martua.
"Songgot do rohakku ito, jaga dak-danaki sai lalap inna tu ahu. Hape, di na so panagaman, hubegema nassogot, naung marujung ngoluna. (Betapa terkejutnya aku. Tak pernah aku berpikir begini akhirnya. Berkali-kali selalu dia ingatkan, supaya aku menjaga anak-anak kami. Rupanya, itulah kata-kata terakhirnya yang menandakan kami akan berpisah selamanya)," ujar Mianna dalam Bahasa Batak Toba.
Mianna kembali menceritakan, bahwa dirinya mengetahui sang suami meninggal sekitar pukul 07.00 Minggu pagi.
Kabar duka itu ia peroleh dari keluarganya yang bermarga Simbolon, tinggal di desa yang tak jauh dari rumahnya.
Satu Polisi Tewas Digorok, Ini Poin-poin Lengkap Peristiwa Penyerangan di Polda Sumut
Simbolon mendatanginya dan memberikan kabar dukacita tersebut.
"Keluarga do ro paboahon nassogot. Ai unang jo tangis ho, adong teroris di Polda, i pamate polisi. Hubege marga Sigalingging," katanya. (Keluarga yang datang ke sini pagi tadi. Katanya ada marga Sigalingging dibunuh teroris di Polda Sumut)," katanya menirukan ucapan Simbolon.
Setelah mengecek kebenaran kabar duka tersebut tidak meleset.
Mianna meyakini, apalagi menyadari suaminya memang sedang piket malam takbiran, menjelang Idul Fitri 1438 Hijriah.
Terlihat, anaknya bernama Joel, tiba-tiba keluar dari kamar tidur, terbangun saat jam menunjukkan pukul 02.35 dini hari.
"Enggak bisa aku tidur mak," ucap si anak.
Firasat-firasat lain pun juga sempat dirasakan Mianna dan putrinya, Mega Cristin Sigalingging.
Usai Menggorok Seorang Polisi Dua Terduga Teroris Berencana Membakar Pos Jaga
Kembali melansir dari Warta Kota , keduanya mengaku beberapa hari terakhir telah dihinggapi dengan firasat buruk.

"Memang beberapa hari terakhir kami masing-masing sudah dalam keadaan gelisah. Hingga akhirnya tahu apa artinya," kata Mianna.
Firasat itu muncul saat ia pergi menemui Aiptu Martua di rumah kontrakannya di Medan, arah Tanjung Morawa, Selasa (20/6/2017) silam.
Tidak seperti biasanya, tiba-tiba Aiptu Martua meminta agar seluruh bajunya disetrika kemudian ditata serapi mungkin.
Tak hanya itu, sang suami menyuruhnya agar membeli baju baru.
Dari situlah ia mulai bertanya-tanya pada diri sendiri terkait perubahan sikap sang suami.
Selepas kejadian itu, ia pun kembali ke kampung halaman.
Kegelisahan pun mulai dirasakan Mianna sepanjang hari.
Firasat-firasat sebelum Aiptu Martua Sigalingging Tewas dalam Penyerangan Mapolda Sumut
Hingga pada malam kejadian pun, ia mengaku tidak bisa tidur hingga pagi menjelang.
"Dung na mulak sian Medan i, nga asing panghilalaanhu. Nabodari pe dang boi modom be ahu. (Sejak pulang dari Medan aku sudah gelisah. Bahkan, tadi malam pun enggak bisa lagi aku tidur)," ujarnya.
Diketahui Aiptu Martua sudah 1,5 tahun bertugas di Polda Sumut.
Sebelumnya, mendiang sempat mengabdi di Tapanuli Selatan (Tapsel). Namun, sejak 2015 ia pindah tugas.
Sementara, Mega Cristin Sigalingging, sang putri juga menceritakan firasat kepergian sang ayahnya.
Selama dua hari, tepatnya 22-23 Juni 2017, ia mendapatkan omelan dari ayahnya.
Ia sempat berjanji untuk menelepon sang ayah, namun karena tertunda, ayahnya merajuk. Sejak itu pun, ia merasa rindu berat kepada ayahnya.
"Bapak bilang gini. Kek mananya perasaanmu boru, kalau kau ditelepon-telepon enggak ku angkat. Bapak merajuk samaku, katanya. Enggak biasanya gitu, mulai saat itu aku rindu kali sama bapak. Sampai akhirnya kami teleponan tadi malam dan Instagramku dikomennya sejam sebelum dia ninggal," ungkapnya.
Ayahnya juga berjanji akan membawa mereka ke rumah ompungnya (kakek dan nenek) usai tugas piket Lebaran.
Ia terakhir bertemu ayahnya pada awal Mei, sebelum pergi ke Medan menjalankan tugas.
(TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)