Terkait Polemik Full Day School, Begini Permintaan Presiden Joko Widodo
Joko Widodo akhirnya angkat bicara mengenai rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy tentang sekolah lima hari atau full day school.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Galih Pangestu Jati
TRIBUNWOW.COM - Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo akhirnya angkat bicara mengenai rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy tentang sekolah lima hari atau full day school (FDS).
Untuk diketahui sekolah lima hari (FDS) ini mewajibkan siswa untuk belajar delapan jam sehari di sekolah formal.
Terkait adanya rencana tersebut, presiden asal Solo yang kerap dipanggil Jokowi ini meminta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy untuk mengkaji rencana kebijakannya.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan bahwa dirinya dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno sudah berdiskusi dengan Muhadjir terkait rencana kebijakan tersebut.
"Memang kemarin kami ini sudah berdiskusi dengan Mendikbud, Mensesneg karena diminta oleh Presiden untuk mengkaji kebijakan tersebut," ujar Pramono di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (15/6/2017), dikutip dari Kompas.com.
Mengaku Kaya hingga Bunuh Calon Istri, Tenyata Ini Motif Pelaku Lakukan Aksi Kejinya!
Namun Pramono mengungkapkan jika kebijakan final terkait rencana tersebut berada di tangan Mendikbud Muhadjir.
"Untuk lebih detailnya, tanyakan kepada Mendikbud deh," ujar dia.
Pramono memastikan bahwa pemerintah telah merespons keresahan di masyarakat yang timbul lantaran rencana kebijakan tersebut.
Lebih lanjut, Pramono mengimbau kepada semua pihak untuk tidak asal merespons sebuah kebijakan.
Apalagi jika kebijakan tersebut barulah sekadar dalam tahap rencana.
Ia menyarankan untuk melihat rencana kebijakan secara lebih jelas terlebih dahulu sebelum mengutarakan pendapat atau memberikan penilaian.
"Apa pun, baca terlebih dahululah Permen yang telah dibuat Mendikbud. Memang tentunya pemerintah juga menangkap apa yang menjadi keresahan. Tapi lebih baik semuanya mempelajari dan membaca sebelum memberikan komentar," ujar Pramono.
30 Persen Belajar dari Buku, 70 Persen Pendidikan Karakter
Mendikbud Muhadjir Effendy juga memberikan tanggapan terkait gejolak yang muncul di masyarakat mengenai rencana kebijakannya.
Menurutnya, masih ada banyak pihak yang salah paham mengenai konsep 8 jam sekolah yang ia rencanakan.
Menurutnya, yang ada di benak masyarakat soal proses belajar mengajar selama 8 jam di sekolah ialah murid diberikan materi pelajaran selama 8 jam.
Padahal, proses belajar 8 jam yang ia maksud tak hanya menerima pelajaran yang berasal dari buku teks, melainkan juga menerima pendidikan karakter.
Muhadjir menjelaskan bahwa nanti transfer pengetahuan dari buku teks hanya 30 persen, sedangkan pendidikan karakter akan mengisi 60-70 persen sisanya.
"Ini sebagai pemenuhan dari visi presiden yang menetapkan bahwa untuk pendidikan, terutama level pendidikan dasar SD dan SMP, diperbanyak pada penanaman budi pekerti dan pembentukan karakter," ucap mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu di Jakarta, Selasa (13/6/2017), dikutip dari Kompas.com.

Lebih lanjut Muhadjir mengatakan jika ada beberapa karakter yang hendak dibentuk.
Di antaranya, ada beberapa yang menjadi prioritas dari total 18 karakter, yakni jujur, pantang menyerah, toleran, dan gotong royong.
Gara-gara Ulah Iseng Lima Remaja Ini Digiring ke Kantor Polisi Bersama Orangtuanya
"Jadi sekali lagi 8 jam itu enggak berarti anak ada di kelas tetapi bisa di lingkungan sekitar sekolah bahkan di luar sekolah, yang penting semua jadi tanggung jawab sekolah di manapun anak belajar," lanjut dia. (TribunWow.com/Fachri Sakti Nugroho)