"Pabrik Like" Bukan Isapan Jempol Belaka! Ternyata Pabriknya di Negara Ini hingga Fakta-faktanya
Penggerebekan 'pabrik pemberi like' palsu di media sosial yang dilakukan oleh kepolisian membuktikan eksistensi pabrik itu benar adanya.
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Tinwarotul Fatonah
TRIBUNWOW.COM - Penggerebekan 'pabrik pemberi like' palsu di media sosial yang dilakukan oleh kepolisian dan tentara di Thailand membuktikan bahwa eksistensi pabrik tersebut bukanlah sekadar isapan jempol belaka.
Melansir dari Kompas.com, sebelum penggerebekan tersebut dilakukan, pihak kepolisian awalnya menduga rumah sewaan yang berada di perbatasan Kamboja tersebut digunakan sekelompok orang untuk menjalankan bisnis call center palsu untuk praktik penipuan.
Dengan adanya dugaan seperti itu, maka dilakukanlah penggerebekan oleh kepolisian dan tentara setempat. Hasil penggerebekan tersebut, polisi menangkap tiga orang asal China yaitu Wang Dong, Niu Bang, dan Ni Wenjin.
Klik Like Facebook Termahal di Dunia, Pengadilan Memutuskan Pria Ini Bayar Denda Rp 55 Juta
Melansir dari laman The Verge pada Rabu (14/6/2017), para tersangka diinterogasi dan mengaku mereka dibayar oleh sebuah perusaan Cina untuk menjalankan akun bot di media sosial bernama WeChat.
Diketahui, akun bot itu digunakan untuk memproduksi 'Like' dan menaikkan engagement terkait berbagai produk yang dijual secara online di Cina.
Ketiga pelaku ini diberi modal berupa 474 iPhone untuk menjalankan operasinya. Iphone tersebut terdiri dari berbagai macam jenis, mulai dari 5S, 5C, dan 4S.

Tak hanya iPhone saja yang ditemukan, namun polisi juga menemukan dan menyita barang bukti berupa kartu SIM milik operator telekomunikasi Thailand sebanyak 374.200 buah, 10 unit komputer dan berbagai macam peralatan elektronik lainnya.
Untuk menjalankan tugasnya memproduksi engagement dan like palsu di WeChat, ketiga pria itu mendapatkan bayaran sebesar 150 ribu baht, atau jika dirupiahkan sekitar Rp 58 juta perbulan.
Mereka sengaja memilih Thailand sebagai markas operasional karena biaya telekomunikasi yang cenderung murah.
Saat ini, ketiga tersangka itu ditahan pihak berwenang Thailand dengan berbagai tuduhan, mulai dari tinggal melebihi batas waktu visa, bekerja tanpa izin, hingga soal pemakaian kartu SIM tak terdaftar.
Seperti yang diberitakan di Kompas.com sebelumnya terkait terungkapnya pabrik 'like' yang ternyata ada di dunia nyata.
Memiliki jumlah 'like' yang banyak di media sosial menjadi parameter penting yang diburu oleh para vendor untuk mengiklankan barang dagangan.
Jumlah Like dan Comment di Instagram Raja Salman, Buktikan Lebih Populer Indonesia atau Malaysia
Fenomena inilah yang menyebabkan cara tidak jujur untuk mengumpulkan 'like' melalui penyedia jasa 'like' palsu yang bukan berasal dari pengguna sungguhan.
Vendor membayar uang ke penyedia like palsu dan akhirnya mendapatkan sejumlah like sesuai kesepakatan bersama.
Cara kerja pemberi like palsu ini pun terungkap dan diabadikan dalam sebuah video yang beredar di internet kemudian menjadi viral.
Video tersebut direkam oleh seorang dari Rusia yang dapat mengunjungi tempat berjuluk 'click farm' di Cina. Tempat itulah yang menjadi 'pabrik' dibuatnya berbagai like, rating, atau ranking palsu untuk aneka aplikasi mobile dan posting di media sosial.
Setelah Membaca Berita Ini, Kamu Akan Lebih Berhati-hati saat Memilih Like di Facebook
Melansir dari laman Daily Mail pada 22 Mei 2017 silam, video tersebut menampilkan sebuah ruangan yang penuh dengan ponsel dan disusun di rak-rak khusus dan tersambung dengan kabel.
Beberapa orang terlihat di depan komputer dan tampak tidak menjalankan ratusan ponsel yang ada dengan cara manual.
Perangkat-perangkat tersebut kemungkinan dijalankan dengan cara otomatis.
Sang pembuat video mengklaim bahwa click farm di China itu mengoperasikan lebih dari 10.000 smartphone. Para penyedia jasa likepalsu semacam ini banyak terdapat di wilayah Rusia dan China dengan pelanggan internasional.
Di sisi lain, para pengelola media sosial belakangan mengambil sikap lebih keras terhadap para pemberi like artifisial.
Instagram, misalnya, beberapa waktu lalu memaksa penutupan Instagress yang menawarkan komentar dan like otomatis dengan bot. (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)