Ledakan di Kampung Melayu
Tragedi Bom di Kampung Melayu Dianggap Rekayasa, Tito Karnavian: 'Polisi Bukan Aktor'
Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan alasan kenapa teror bom diledakkan di Kampung Melayu, Jakarta.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho
Editor: Galih Pangestu Jati
TRIBUNWOW.COM - Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan alasan kenapa teror bom diledakkan di Kampung Melayu, Jakarta.
Menurutnya, pelaku teror bukan secara sengaja mengincar Kampung Melayu sebagai lokasi peledakan bom.
Para pelaku memanfaatkan momentum keramaian pawai obor yang diselenggarakan saat itu.
Dalam pawai tersebut juga terdapat puluhan polisi yang berjaga di lokasi.
Lebih lanjut Tito mengungkapkan jika incaran mereka yang sebenarnya adalah anggota Polri yang saat itu bertugas mengamankan pawai obor.
"Bukan tempat yang masalah, tapi calon korban yang jadi masalah. Karena ada kumpulan polisi di situ yang melakukan pengamanan," ujar Tito dalam acara Rosi bertajuk #KapolriDiRosi di KompasTV, Jumat (26/5/2017) malam, dikutip dari Kompas.com.
Pascaledakan Terkena Ledakan Bom, Kapan Halte Kampung Melayu Beroperasi Lagi?
Tito juga mengungkapkan adanya dua kemungkinan yang dilakukan oleh pelau teror peledakan bom.
Pertama, mereka melihat adanya kesempatan melakukan aksi begitu melihat sekumpulan polisi di Kampung Melayu.
Kedua, mereka sudah mengamati dan survei soal rencana kegiatan pengamanan tersebut sebelumnya.
Tito menganggap, polisi kerap jadi sasaran utama kelompok teror belakangan ini.
Bom Taman Pandawa, Cicendo, Bandung, menurut Tito juga sebenarnya mengincar Polda Jawa Barat dan beberapa Polres dan Polsek di Bandung.
"Bagi mereka, kita adalah antek thoghut dan yang harus dimusnahkan," kata Tito.

Polisi menjadi sasaran bom karena diketahui Detasemen Khusus 88 banyak yang menangkan dan menembak mati para teroris yang merupakan rekan mereka.
Hal tersebut memang harus dilakukan oleh Densus 88 dalam menjaga keamanan masyarakat.
Tito juga mengungkapkan jika dirinya berduka atas gugurnya tiga polisi dalam tragedi tersebut.
Ketiga korban tergolong masih berusia muda, lantaran lulusan akademi kepolisian tahun 2015-2016.
Teuku Zacky Sebut Penyebab Teroris Lakukan Pengeboman di Kampung Melayu
Tito menyebut jika ketiganya meninggal sebagai syuhada karena berjuang menjaga keamanan.
"Kami beri jaminan pada manusia, jaminan keamanan, kami yakin yang kami lakukan jihad yang sama," kata Tito.
"Kami yakin mereka (polisi yang gugur) akan sahid dan Insya Allah diampuni dan diterima di sisi-Nya," imbuh dia.
Bom dianggap rekayasa
Sejumlah netizen menganggap jika teror bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur hanyalah rekayasa.
Atas sangkaan tersebut, Tito mengungkapkan jika orang yang mengatakan demikian itu tidak memahami budaya terorisme yang berkembang.
"Kalau ada yang katakan rekayasa, (mereka) tidak paham jaringan ini. Tapi teman-teman intelijen tahu betul bagaimana dinamika kelompok ini, mana yang aktif dan mana yang tidak," ujar Tito dalam acara "Rosi", dikutip dari Kompas.com.
Tito mengungkapkan jika mustahil bagi polisi untuk mengorbankan nyawa untuk merekayasa suatu peristiwa ledakan bom.
Jejak Ini yang Tunjukkan 2 Pelaku Bom Kampung Melayu
Tito menilai tak akan ada sutradara yang mampu merekayasa kejadian tersebut.
"Polisi-polisi bukan aktor, pelaku bom bunuh diri bukan aktor, tidak akan mungkin mereka mau direkayasa untuk bunuh diri," kata Tito.
Tito yang lama menangani kasus terorisme, sejak dari menjadi Kepala Densus 88 Antiteror hingga Kepala Badan Nasional Penganggulangan Terorisme (BNPT) memahami betul jika ancaman terorisme ini sudah lama dan menjadi fenomena global.
Tito juga membandingkan serangan teror bom Kampung melayu dengan serangan bom di kawasan MH Thamrin awal 2016 silam.
Saat itu, ada aksi kejar-kejaran antara polisi dan pelaku, dan warga bisa melihat secara langsung, baik di lokasi maupun melalui televisi.
Sementara itu, untuk pengeboman di Kampung Melayu, mungkin terasa ada keganjilan jika tidak berada di lokasi.

Teroris semakin canggih
Tito juga mengungkapkan jika teroris saat ini memiliki kelompok yang semakin canggih.
Mereka juga memiliki pendukung yang aktif di jaringan pengelolaan media sosial.
"Bisa juga mereka melakukan konter atau propaganda dalam rangka glorifikasi kelompok pelaku teror dan mendeligitimasi pemerintah," kata Tito.
Geger Pascabom Kampung Melayu, 3 Area Publik Mendapat Pengamanan Ekstra
Padahal, menurut Tito, perang melawan terorisme yang sebenarnya adalah bagaimana memenangkan simpati publik.
Kelompok teroris tidak akan menang jika muncul dukungan melawan terorisme dan sebaliknya jika masyarakat bersimpati pada teroris, maka kelompok tersebut memiliki motivasi untuk melakukan aksi susulan.
"Saya yakin publik tidak menolerir terorisme. Saya yakin mayoritas masyarakat tidak ada yang mau menolerir itu," kata Tito. (TribunWow.com/Fachri Sakti Nugroho)