Kata Kapolri Lulusan Sarjana Pun Berpotensi Jadi Teroris jika Miliki Ciri-ciri Ini
"Yang masuk kriteria itu yang mudah menyerah, menurut, didoktrin sedikit dan disuruh bawa bom, ledakkan diri, oke," kata Tito.
Editor: Rimawan Prasetiyo
TRIBUNWOW.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menemukan kesamaan karakter orang-orang yang terlibat dalam aksi terorisme.
Faktor ekonomi dan pendidikan bukan menjadi patokan bahwa seseorang akan mudah terpengaruh ajaran radikal.
Jika ada beberapa teroris yang tertangkap atau tewas kesehariannya jadi pedagang kecil-kecilan, itu hanya kebetulan saja.
Terungkap! Inilah Alasan Polisi Jadi Sasaran Teror Bom oleh Jaringan Teroris JAD dan ISIS
Menurut Tito, orang yang paling gampang dimasuki paham terorisme yakni yang lemah secara kejiwaan.
"Mereka yang terpapar radikal tidak ada korelasinya dengan latar belakang pekerjaan. Lebih pada kondisi psikologis mereka," ujar Tito dalam acara "#KapolriDiRosi" di Kompas TV, Jumat (26/5/2017) malam.

Tito lantas mencontohkan Ossama bin Laden, pimpinan Al Qaeda yang punya kekayaan melimpah, tapi bisa terjangkit paham radikal dan terorisme.
Teuku Zacky Sebut Penyebab Teroris Lakukan Pengeboman di Kampung Melayu
Selain itu, Azahari Husin, otak bom Bali, bergelar doktor dan merupakan insinyur di Malaysia.
Tak hanya itu, Tito mendapati ada pelaku teror di Indonesia yang merupakan lulusan sarjana. Ia mengatakan, berdasarkan penelitian, mahasiswa sains lebih rentan terpapar ajaran terorisme dibandingkan mahasiswa ilmu sosial.
"Jadi range-nya bisa low sampai high class. Psychology is a matter," kata Tito.
Tito mengatakan, biasanya rekrutmen dilakukan melalui tatap muka, seperti pertemuan suatu kelompok. Ada juga rekrutmen melalui media sosial yang kini berkembang.
Tragedi Bom di Kampung Melayu Dianggap Rekayasa, Tito Karnavian: Polisi Bukan Aktor
Orang-orang yang direkrut, kata dia, cenderung submisif, mudah menerima sesuatu, tidak kritis, dan pendiam.

Tito kemudian bercerita soal pengeboman di Kedutaan Besar Australia.
Anggotanya direkrut dengan kelompok pengajian, kemudian perlahan-lahan disusupi dengan ideologi radikal.
Ternyata, tidak semua dalam kelompok itu menelan mentah-mentah ajaran tersebut.
Polisi pun bertanya pada perekrut, mengapa hanya segelintir orang di pengajian itu yang diajak.
"Katanya, 'Cerewet, Pak, nanyanya banyak sekali. Tidak masuk yang kami cari'. Yang masuk kriteria itu yang mudah menyerah, menurut, didoktrin sedikit dan disuruh bawa bom, ledakkan diri, oke," kata Tito. (Kompas.com/Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Berita ini sebelumnya telah dipublikasikan Kompas.com dengan judul: Kapolri Sebutkan Ciri-ciri Orang yang Berpotensi Jadi Teroris.