Breaking News:

Bule pun Tergila-gila pada Kelezatannya, Inilah Sosok di Balik Nikmatnya Rasa Indomie

Orang-orang Nigeria bahkan mengira Indomie adalah produk asli negaranya karena saking populernya makanan itu di sana.

Editor: Mohamad Yoenus
Brand Communicator
Indomie 

TRIBUNWOW.COM -- Orang Indonesia begitu menyukai Indomie. Bahkan orang asing di negara lain.

Orang-orang Nigeria bahkan mengira Indomie adalah produk asli negaranya karena saking populernya makanan itu di sana.

Lebih dari itu, sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya, siapa sosok di balik nikmatnya rasa Indomie itu?

Yuk, mari kita cari tahu bersama-sama.

Usut punya usut, sosok di balik rasa Indomie yang menggegerkan para bule baru-baru ini ternyata bernama Nunuk Nuraini. Ia disebut sebagai penemu resep Indomie yang beragam itu.

Nunuk Nuraini.
Nunuk Nuraini. (theAsianparent Indonesia)

Dilansir dari Hipwee.com, Ibu Nunuk sangat mengedepankan bahan-bahan alami dalam tiap resep yang ia pilih—lepas dari klaim banyak orang bahwa bumbu Indomie tidak sehat.

Lalu kenapa ia jarang dikenal orang? Ibarat guru silat, ia lebih tenang ketika berada di padepokannya alih-alih pamer kekuatan di gelanggang dunia persilatan.

Pun begitu dengan Ibu Nunuk yang memilih jarang tampil di depan umum.

Ia memilih tetap berada di padepokannya (dapur) untuk mengembangkan varian baru produk mie instan kondang itu.

Kabarnya, Ibu Nunuk sudah 26 tahun mengabdikan diri sebagai Flavor Development Manager Indofood.

Ia adalah lulusan Teknologi Pangan Universitas Padjajaran Bandung.

Tidak semua resep Indomie kita tahu, tapi Ibu Nunuk memberi sedikit bocoran.

“Bumbunya harus diproses dengan minyaknya. Bawang merah, bawang putih, cabai, kadang santan sesuai dengan rasa yang ingin dicapai. Awalnya membuat skala kecil dulu, baru nanti dibuat skala besar,” ujarnya.

Mengutip The Guardian Nigeria, di Afrika, Indomie diproduksi oleh Dufil Prima Foods Plc.

Pada awal tahun ini, Indomie dinobatkan sebagai produk mi instan yang paling banyak dipilih di Afrika, berdasarkan pemeringkatan yang dibuat oleh Kantar Worldpanel bertajuk Brand Footprint tahun 2016.

Indomie berada pada peringkat teratas dalam kategori Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) di Afrika.

FMCG adalah produk sehari-hari dengan volume penjualan tinggi dan harga relatif rendah, seperti roti, minuman ringan, pasta, produk sanitasi, baterai, susu, dan beberapa produk makanan.

Dalam pemeringkatan itu, Indomie memperoleh nilai tertinggi dalam Consumer Reach Points (CRPs).

Ini adalah metrik yang menghitung penetrasi sebuah merek dan frekuensi pembelian, berdasarkan 1 miliar keputusan pembelian oleh konsumen kategori FMCG di seluruh wilayah Afrika Barat, Tengah, dan Timur pada tahun 2016.

Media ekonomi The Economist pun pernah menyoroti pesatnya konsumsi beras dan gandum di daratan Afrika.

Layaknya warga Asia, beras dan nasi juga jadi makanan pokok di Afrika, dan popularitasnya terus meningkat.

Organisasi Pangan dan Agrikultur (FAO) mengestimasi, konsumsi nasi per kapita tumbuh sangat pesat di Sub-Sahara Afrika, jika dibandingkan dengan kawasan lainnya di Afrika.

Namun, yang menarik adalah konsumsi makanan kemasan juga tidak kalah pesat pertumbuhannya.

Makanan kemasan kian populer, khususnya di negara-negara miskin di Asia dan Afrika.

Di Benua Hitam, konsumsi mi instan yang bahan bakunya adalah gandum sangat pesat.

“Indomie, merek asal Indonesia, mulai memproduksi mi instan di Nigeria pada pertengahan tahun 1990-an. Kini (Indomie) memiliki beberapa pesaing di negara itu, dan permintaan juga meningkat di kawasan lainnya di Asia Barat,” tulis The Economist pada awal bulan ini.(*)

Sumber: Intisari
Tags:
IndomieAfrikaNunuk Nuraini
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved