Breaking News:

Cerita Horor Mobil Sang Proklamator Bung Karno

Sang mobil berpindah tangan ke Bung Karno hanya karena rayuan Sudiro, mantan Walikota Jakarta, pada si sopir Jepang.

Penulis: Mohamad Yoenus
Editor: Mohamad Yoenus
Tabloid Otomotif
Cadillac 1948. 

TRIBUNWOW.COM -- Meskipun mobil proklamator itu susah dihitung, yang kerap dipakai untuk urusan kenegaraan hanya dua. Yakni Buick 1939 dan De Soto 1938.

Mobil bikinan Amerika itu mulanya milik Kepala Departemen Perhubungan Jepang. Sedan hitam itu konon paling keren di Jakarta.

Sang mobil berpindah tangan ke Bung Karno hanya karena rayuan Sudiro, mantan Walikota Jakarta, pada si sopir Jepang.

Sejak itu mobil bertenaga 6700 CC itu bersama sang sopir pertama, Moh. Arip, mengantar sang proklamator ke mana pun beliau pergi.

Bahkan mobil itulah yang membawa Dwi Tunggal Soekarno-Hatta meletakkan karangan bunga di Tugu Proklamasi (1955).

Sekarang ia pantas menghuni Gedung Joang 45 dan masih bisa jalan 20 kilometer per jam.

Tragisnya, ia tak asli lagi. Pelek aslinya yang model jari-jari dicolong tangan panjang.

4 Fakta Menarik Perjanjian Cerai Bung Karno-Inggit, Terutama Soal Harta Goni Gini

Mobil dinas Bung Karno yang lain, De Soto, bernomor Republik II. Nasibnya agak menyedihkan, malahan lebih memilukan dibanding saudaranya Republik I.

Sedan putih krem ini, pernah jadi oplet di Karawang, Jawa Barat. Bodinya dirombak mirip pikap dan berpintu di belakangnya.

Saking banyaknya yang diangkut dan kurang perhatian, jalannya sempoyongan mirip goyang Karawang.

Untungnya, sedan 3550 CC ini bisa didesain ulang ke bentuk aslinya, berkat uluran tangan Hasyim Ning.

Tetapi ia tak bisa benar-benar seperti semula. Barangkali lantaran waktu masih jadi oplet kurang terawat, sang mobil kini merana.

Mesinnya nyaris hancur-hancuran, ban kempes dan kursi amburadul.

Walaupun uluran tangan diberikan anak- anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Dr. Moestopo, sang De Soto masih tetap nestopo (nestapa).

Mobil Bung Hatta, Imperial bikinan 1905 menurut cerita burung bisa hidup sendiri.

"Tengah malam lampunya suka tiba-tiba nyala. Dari dalamnya suka terdengar suara-suara orang ngobrol dalam bahasa Belanda," cerita seorang penjaga Gedung Joang.

Saking santernya cerita itu sampai ada yang mengirim air kembang dan kemenyan.

Tapi cerita yang bisa bikin bulu kuduk merinding itu dibantah Soebagiyanto, dari Ge- dung Joang.

"Gi mana nyala sendiri, wong mesinnya saja susah hidup."

Yang jelas, katanya, banyak orang memohon tidur di dalam mobil itu. Untuk apa?

"Cari wangsit SDSB." Nomor polisinya dimistik oleh yang gila buntut. Ada-ada saja. (Artikel ini terbit di tabloid Otomotif edisi 12 Agustus 1991)

Sumber: Intisari
Tags:
ProklamatorBung KarnoKarawangJawa Barat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved