Demi Kesembuhan Orangtuanya, Bocah-bocah Berhati Emas Rela Pertaruhkan Masa Kecilnya
Dua kisah mengharukan dua bocah datang dari Kota Parepare dan Semarang, yang sama-sama merelakan masa kecilnya demi sang orangtua.
Penulis: Tinwarotul Fatonah
Editor: Tinwarotul Fatonah
TRIBUNWOW.COM - Masa kecil yang identik untuk senang-senang karena belum memikirkan beban hidup, mungkin tak pernah dirasakan bocah-bocah ini.
Dua kisah mengharukan dua bocah datang dari Kota Parepare dan Semarang.
Kedua kisah ini memang tidak terjadi di waktu yang bersamaan, namun kisahnya serupa.
Cari sumbangan untuk operasi sang ayah
Melansir Kompas.com, Anisa, pelajar kelas 7, SMP Negeri 9 Kota Parepare, Sulawesi Selatan, sudah 12 hari tidak masuk sekolah.
Ia terpaksa melakukannya untuk berkeliling meminta sumbangan agar ayahnya bisa dioperasi.
Annas, ayah Anisa divonis menderita penyakit jantung.
Dokter menyarankan Annas melakukan operasi katup jantung dan membutuhkan biaya sekitar Rp 5 juta.
• Sederhana Tapi Bermakna, Bantuan dari Polisi Ini Penuh Haru
Karena tidak memiliki uang, Anisa berinisiatif mencari sumbangan.
Ia membawa map berisi proposal disertai foto sang ayah yang terbaring lemah di rumahnya, di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Bacuki Barat, Kota Parepare.
Namun itu tidaklah mudah, Annisa kerap diusir, dicaci maki dan dianggap hendak menipu.
"Saat mencari sumbangan, kerap saya diusir dan dicaci sama warga, namun saya harus mencari uang demi kesembuhan Bapak," ucapnya, dilansir dari Kompas.com pada Senin (03/04/2017).
Untung saja pemerintah setempar yang mendengar kisah Annisa terketuk hatinya untuk membantu.
Wakil Ketua DPRD Kota Parepare, Rahmat Sjamsul Alam, mengunjungi Annas beserta keluarganya.
Ia pun memberikan sumbangan berupa uang.
“Miris melihat kondisi warga kami. Ia sakit dan tinggalnya di atas Selokan. Kami membantu dengan ala kadarnya," ungkapnya.
• Masih Suka Mengeluh? Lihat Perjuangan Anak-anak SMP Ini Pergi ke Sekolah, Patut Diacungi Jempol!
Jual Makaroni demi ibunya yang sakit Ginjal

Kisah ini datang dari bocah bernama Eko yang tinggal di Kota Semarang.
Eko bukanlah seorang dewasa, tetapi bocah kelas II sekolah dasar.
Setiap hari Eko harus berjualan makaroni untuk menyambung hidup,
Sebuah kardus yang kemudian diisi jajanan makaroni itu dibawa menggunakan sepeda untuk ditawarkan kepada pembeli.
Dia berjualan lantaran ibunya sakit ginjal.
Sementara itu, ayahnya telah meninggal dunia.
Kondisi hidupnya juga jauh dari kata cukup.
Namun, demi menyambung hidup, Eko tak menyerah.
Jajanan makaroni itu dibungkus kecil-kecil untuk diedarkan.
Hak Eko sebagai anak-anak untuk bermain seolah tergadaikan dengan usaha mencari uang ini.
Bahkan, penghasilan itu bukan untuk dirinya, melainkan untuk membantu menghidupi keluarganya.
Semenjak ayahnya meninggal dunia, Eko menjadi anak yatim.
Ibunya lalu menanggung semua beban pekerjaan yang ditinggalkan, menjadi tulang punggung keluarga, hingga terkena sakit ginjal.
Terkadang ia dibantu warga sekitar karena merasa iba melihat perjuangan Eko.(TribunWow.com/Tinwarotul Fatonah)