Jangan Harap Bisa Pakai Internet, Ini 5 Kebudayaan yang Tak Lazim di Korea Utara Lainnya!
Tidak hanya dari segi fashion, dan kepemimpinan saja, namun kebudayaannya juga. Berikut fakta kebudayaan di Korea Utara yang aneh dan tak lazim.
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Tinwarotul Fatonah
TRIBUNWOW.COM - Semua orang pasti setuju jika Korea Utara adalah salah satu negara yang menyimpan banyak misteri.
Tidak hanya dari segi fashion, dan kepemimpinan saja, namun kebudayaannya juga.
Berikut fakta kebudayaan di Korea Utara yang aneh dan tak lazim yang sudah dirangkum TribunWow.com dari laman Live Science.
Baca: Aneh! 7 Fakta Korea Utara, Jangan Berani-berani ke Sana Pakai Jeans
Begini selengkapnya!
1. Negara yang Terisolasi
Setelah Perang Dunia Kedua berakhir, Presiden Korea Utara yang pertama, Kim Il Sung resmi menutup negara ini secara diplomatis dan ekonomis dari dunia luar pada tahun 1948.
Kebijakan ini awalnya diberlakukan agar Kim Il Sung bisa menguasai negaranya sendiri dan ingin masyarakatnya mandiri hanya bergantung pada diri sendiri.
Menurut Kim Il Sung cara ini sangat efisien untuk mempertahankan kemerdekaan politik, ekonomi, dan menciptakan pertahanan negara yang kuat.
2. Pemimpin yang Percaya Mistis
Dinasti Korea Utara memproklamirkan dirinya sebagai negara yang percaya akan hal mistis dan supranatural. Kim Il Sung dianggap sebagai 'matahari' Korea Utara dan dipercaya dapat mengontrol cuaca.
Bahkan ulang tahun Kim Il Sung dan anaknyanya, Kim Jong Il diperingati sebagai hari libur nasional. Kelahiran Kim Il Sung juga dipercaya sebagai 'hadiah dari surga'.
Media lokal juga pernah mencatatkan keanehan lainnya pada saat Kim Il Sung mendapatkan nilai sempurna pada saat ia pertama kali mencoba bermain bowling dan golf.
Kejadian supranatural pun terjadi pada saat kematian Kim Il Sung.
Saat itu mendadak langit Korea Utara berubah menjadi kemerahan.
3. Kehidupan Sehari-hari di Korea
Bisakah kamu membayangkan hidup di sebuah negara yang penuh dengan kerahasiaan?
Penjelasan dalam buku berjudul "Nothing to Envy: Ordinary Lives in North Korea" (Spiegel & Grau, 2009), seorang jurnalis bernama Barbara Demick mewawancarai seorang warga Korea Utara yang kabur ke Korea Selatan.
Ia mengatakan bahwa kehidupannya di negara itu benar-benar terikat.
Hanya ada warna hitam dan putih di Korea Utara, jika ingin melihat warna yang lain, hanya bisa didapat lewat DVD yang diselundupkan dari Korea Selatan agar dapat melihat seperti apa dunia luar sesungguhnya.
Baru di tahun 2013, beberapa kalangan masyarakat Korea Utara seperti wartawan asing baru diizinkan menggunakan ponsel yang koneksinya 3G.
4. Akses Internet Sulit dan Dikunci
Akses internet bahkan tidak bisa diakses warga Korea Utara. Yang bisa mengaksesnya hanya orang-orang yang sudah mendapatkan izin dari pemerintahan.
Area yang bisa mengakses menggunakan komputer pun hanya mencapai daerah Kwangmyong (terutama kota-kota besar), sebuah jaringan domestik yang tertutup.
5. Penyesuaian yang Sulit
Akses yang sangat terbatas ke dunia luar membuat masyarakat Korea Utara sulit menyesuaikan diri.
Menurut Gwak Jong-moon, kepala sekolah asrama untuk pengungsi Korea Utara kepada Blaine Harden, penulis "Escape from Camp 14", pendidikan Korea Utara tidak berguna bagi kehidupan di Korea Selatan.
"Sebagai anak mudah di Korea Utara, mereka tumbuh makan kulit pohon dan berpikir itu adalah hal normal," jelas Gwak Jong-moon.
Banyak siswa yang melarikan diri ke China tanpa akses pendidikan selama bertahun-tahun.
Menurut Blaine, angka bunuh diri para pengungsi Korea Utara di Korea Selatan 2,5 kali lebih tinggi dibanding sebaliknya. (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)