Kandidat yang Diserang Menggunakan Isu SARA Justru Beruntung, Karena Terkesankan 'Teraniaya'
Kandidat yang Menggunakan Isu SARA Justru Sering Menjadi Pihak yang Dirugikan Dalam sebuah pemilihan gubernur suatu daerah, pernah terjadi anomali.
Editor: Wulan Kurnia Putri
TRIBUNWOW.COM - Kandidat yang Menggunakan Isu SARA Justru Sering Menjadi Pihak yang Dirugikan
Dalam sebuah pemilihan gubernur suatu daerah, pernah terjadi anomali.
Meski tingkat kepuasan terhadap kandidat yang masih menjabat terbukti rendah, tapi ternyata dalam pemilihan, dia masih mendapat suara yang cukup besar.
Baca: Viral! Ahok dan Rizieq Shihab Bersatu dalam Satu Nama!
Selidik punya selidik, rupanya unsur SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) masih sangat menentukan.
Konsultan politik dari cagub itu memang belum tentu menggunakan unsur SARA.
“Tapi harus diakui pencitraan yang tidak rasional seperti SARA masih efektif digunakan pada konstituen primordial,” jelas Yunarto.
Harus diakui, ada konsultan-konsultan tertentu yang memanfaatkannya.
Baca: Di Hadapan Anies Baswedan, Tompi: Menghina Tapi Ujung-ujungnya Takbir
Grace Natalie punya pengalaman: dalam sebuah survei didapati konstituen mengaku tidak terpengaruh unsur SARA dalam memilih, namun kenyataannya berkata lain.
Rupanya, pada saat survei, mereka hanya memberi jawaban normatif.
Antara pemikiran dan perbuatan rupanya tak sejalan.
Namun Yunarto berpendapat bahwa pihak yang diserang isu SARA belum tentu dirugikan.
Baca: SBY Berpose Seperti Ini, Netizen: Duh, Adem Banget Lihat Keluarga Bapak
Apabila terjadi underdog effect, maka yang diserang justru akan beruntung karena terkesankan telah “teraniaya”.
Padahal terbukti pihak semacam ini justru yang menjadi pemenang karena mendapat simpati masyarakat.
Hal ini diperkuat Hasan Nasbi yang pernah menerapkan strategi tak mengacuhkan serangan SARA terhadap kandidatnya.
“Sebab serangan semacam itu akan mempersempit ceruk pasar yang menyerang,” ujarnya. (Ade Sulaeman / intisari-online.com)