Breaking News:

Memilukan! Bocah Asal Bantul ini derita Hydrocephalus Sejak Balita

Aris Nugroho (17), warga Pedukuhan Cempoko, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, adalah penderita hydrocephalus,

Editor: Wulan Kurnia Putri
tribunjogja/usman hadi
Paijem menemani anaknya, Aris Nugroho (17), penderita hydrocephalus, Rabu (8/2/2017). 

TRIBUNWOW.COM, - Aris Nugroho (17), warga Pedukuhan Cempoko, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, adalah penderita hydrocephalus, penyakit yang disebabkan karena akumulasi abnormal cairan cerebrospinal di otak.

Penyakit ini diderita Aris sejak balita, saat usianya sekitar delapan bulan.

"Dulu awalnya Aris lahir normal," ujar Paijem (38), ibunda Aris, Rabu (8/2/2017).

Baca: Seram, 3 Trik Sulap Mengerikan Ini Senjata Makan Tuan

Selama ini Paijem mengurus Aris seorang diri, sementara ayahnya sudah lama meninggalkan mereka.

Paijem mengatakan, penyakit yang diderita anaknya ini bermula saat sekujur tubuh Aris panas.

Mengetahui hal itu dia langsung membawa Aris ke salah satu rumah sakit swasta di Bantul.

Sesampainya di sana, pihak rumah sakit memberikan pelayanan medis, dengan menyuntik Aris.

Anehnya, bagian tubuh Aris yang disuntik yakni di atas telinga sebelah kanan.

Dari bekas suntikan itu muncul benjolan di kepala dan terus membesar.

Baca: Pasal yang Diduga Bernilai Triliunan Inikah Batu Sandungan Patrialis Akbar?

"Pihak rumah sakit tidak memberikan penjelasan. Sementara kalau saya menuntut (hukum) harus pakai pengacara," ungkapnya.

Karena keterbatasan ekonomi dan akses, akhirnya Paijem diam dan membawa anaknya pulang ke rumah.

Selama ini, aris hanya mengkonsumsi susu dan bubur beras merah.

Berbagai kebutuhan itu sepenuhnya berasal dari pemberian warga yang iba.

Seiring berjalannya waktu, ada orang yang peduli dengan Aris, sehingga upaya penyembuhan lewat terapi pijak dan wicara mulai rutin dijalani seminggu sekali di RS Panti Rapih Yogyakarta.

Padahal, Aris disarankan menjalani terapi tiap hari.

Baca: Cerita Tata Janeta yang Ditalak Cerai oleh Suami lewat Telepon

"Kalau biaya terapi gratis, karena saya pakai BPJS (Kesehatan). Tapi yang mahal biaya transportasi ke rumah sakit, sekali berangkat habis Rp 300 ribu buat PP (pulang pergi)," ungkapnya.

Persoalan biaya menjadi kendala pengobatan Aris, karena Paijem tidak memiliki penghasilan.

Selama ini, Paijem menggantungkan hidupnya pada pemberian orang.

Sudah tiga tahun Aris menjalani terapi, banyak kemajuan yang diperoleh Aris.

Langkah terapi ini diambil pasca Aris menjalani operas.

Hasil operasi tersebut menunjukkan, jika bagian kepala Aris tidak memiliki masalah berarti, sehingga hanya perlu dilakukan terapi dengan sekala rutin.

Baca: Demi Biaya Berobat Orangtua, Kekasih Angelina Sondakh Terima Suap Rp 1,9 Miliar

Dulunya, Paijem dulu memiliki penghasilan tetap dan memiliki warung kelontong.

Tapi karena gempa 2006, warung tersebut ludes dan sampai sekarang tidak memiliki penghasilan, sementara kini waktunya dihabiskan untuk merawat Aris.

"Saya hanya berharap Aris cepat sembuh," harapnya.

Dia berharap ada uluran tangan dari pemerintah, agar proses penyembuhan Aris bisa berjalan sebagaimana mestinya, tidak terbentur persoalan biaya lagi.

(tribunjogja/usman hadi)

Sumber: Tribun Jogja
Tags:
BantulhydrocephalusRS Panti RapihPartai Solidaritas Indonesia (PSI)Dedek PrayudiJokowi
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved