Pilpres 2019
Dahlan Iskan: Jokowi Mungkin Percaya dengan Omongan 'Disandingkan Sandal Jepit pun akan Menang'
Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan memberikan tafsir pribadinya terkait nama calon wakil presiden (cawapres) yang dari kedua pasangan calon.
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Astini Mega Sari
TRIBUNWOW.COM - Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan memberikan tafsir pribadinya terkait nama calon wakil presiden (cawapres) dari kedua pasangan calon.
Tafsir ini diberikan Dahlan melalui situs pribadi miliknya, disway.id, Sabtu (11/8/2018).
Dahlan membandingkan kedua cawapres yakni Sandiaga Uno dan Maruf Amin yang menurutnya keduanya memiliki sifat percaya diri.
Keputusan pengambilan cawapres ini dinilai Dahlan sebagai tindakan yang berani bagi calon presiden (capres) Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi).
Hal ini dikarenakan kedua cawapres bukan tokoh yang memiliki rating tinggi.
• Laporkan Harta Kekayaan ke KPK, Sandiaga Uno Beri Klarifikasi soal Mahar Politik Rp 500 M
Bahkan, Dahlan mengibaratkan pengambilan cawapres Maruf Amin ini masih bisa memenangkan Jokowi.
"Jokowi mungkin percaya omongan ini: disandingkan dengan sandal jepit pun akan menang," tulis Dahlan.
Menurut Dahlan pemilihan cawapres memiliki prinsip tidak harus menambah suara, asalkan tidak mengurangi suara yang sudah ada.
"Itu mirip dengan posisi Pak SBY. Di periode kedua. Yang memilih Pak Budiono. Sebagai cawapres: tua, nurut, tidak mbantahan, tidak menjadi matahari kembar, tidak punya potensi menjadi presiden berikutnya," tambah Dahlan.
• Cak Imin Sebut Maruf Amin Ahli Ekonomi Rakyat Kecil
Sementara itu, diberitakan dari Wartakota, Direktur eksekutif Indo Barometer, Khodari mengatakan ada 2 fakta yang tak boleh dilupakan kubu Jokowi-Maruf Amin terkait pasangan ini amat mungkin kalah di Pilpres 2019.
Khodari mengatakan bahwa Jokowi memilih Maruf Amin untuk menjawab isu SARA yang kerap menerpanya.
Kemudian, Khodari juga menyampaikan bahwa Jokowi selalu harus memilih pasangan yang lebih senior untuk menghindari resistensi dari partai politik (Parpol) pendukungnya.
"Kalau ambil yang muda pasti akan terjadi resistensi dari partai politik, karena mereka melihat wakilnya Pak Jokowi akan jadi calon kuat untuk pilpres 2024 yang akan datang," kata Khodari.
Hal itulah yang kemudian membuat Jokowi tak memilih Mahfud MD, karena walau usia Mahfud MD sudah 61 tahun, tetapi masih mungkin maju sebagai capres di tahun politik 2024.
• Usulan Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Sandiaga dari Partai Demokrat
Tapi Jokowi-Maruf Amin tak bisa melupakan fakta bahwa NU adalah organisasi yang sangat besar.
Sehingga di organisasi sebesar NU, sudah amat lazim terjadi perbedaan pandangan, suara, dan pendapat.
Hal itu pula yang akan menentukan dukungan keluarga PBNU kepada Jokowi-Maruf Amin.
"Memang ada yang sering menyebut di NU itu ada NU Struktural dan NU kultural. Di antara 2 kutub ini kadang-kadang tidak selalu sejalan," ujar Khodari.
Khodari menyampaikan bahwa posisi Maruf Amin adalah sebagai representasi NU struktural, sebab memiliki jabatan di PBNU. Sehingga secara struktural Maruf Amin pasti didukung.
"Tetapi jangan sampai menganggap enteng. Karena apa, pelajaran dari pengalaman Pilkada Jawa Timur. Itu menunjukkan figur yang didukung NU Struktural (Syaifullah Yusuf), justru kalah melawan yang tidak didukung NU struktural."
"Belum lagi pelajaran pada tahun 2004, ada wakil presiden namanya Hasyim Muzadi, juga mengalami kekalahan," kata Khodari.
• Sindir Tim Pemenangan Jokowi-Maruf Gemuk, Mardani Ali Sera: Kita Sayang Sebenarnya, Kasih Tahu
"Makanya, pasangan Jokowi-Maruf Amin amat punya peluang kalah karena ada 2 kutub di tubuh PBNU."
"Makanya tugas Jokowi dan Ma'ruf Amin saat ini adalah menyatukan 2 kutub NU itu di Pilpres 2019 mendatang." (TribunWow.com/Tiffany Marantika)