Breaking News:

Tulisan Siswa SMA soal Keberagaman Lagi-lagi Viral di Dunia Maya hingga Banjir Pujian

Status Facebook bernama Afi Nihaya Faradisa kembali viral setelah menuliskan pandangannya tentang keberagaman agama.

Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
KOMPAS.com/FACEBOOK/TRIBUNWOW.COM/KOLASE
Afi Nihaya Faradisa 

TRIBUNWOW.COM - Status Facebook bernama Afi Nihaya Faradisa kembali viral di dunia maya.

Tulisannya memang sudah dikenal publik karena berbeda dari status remaja seusianya.

Status Afi, panggilan akrabnya tersebut memang sangat kritis sekaligus inspiratif.

Curhatan Staff Ahok Soal Kronologi Pemangkasan Anggaran Rp 4,5 Triliun Viral di Facebook

Sudah banyak tulisannya yang menjadi viral di media sosial.

Seperti tulisannya kali ini yang ia tulis di akun Facebook-nya pada, Senin (15/5/2017).

Jika tulisan Afi sebelumnya membahas mengenai eksperimennya tidak menggunakan gadget selama beberapa hari ini, kali ini Afi menuliskan tentang keberagaman.

Bikin Heboh Video Raja Thailand Berpakaian Minim di Mal, Facebook Langsung Hapus!

Tulisannya tersebut ia beri judul 'Warisan', melalui tulisannya itu, Afi mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk menjaga toleransi khususnya di media sosial yang rawan dengan gesekan-gesekan antar penggunanya.

Afi, yang merupakan siswa SMA Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur itu, menyoroti soal identitas, seperti agama, suku, ras, maupun kebangsaan merupakan warisan dari orang tua.

Melalui tulisannya, Afi juga mengajak pada seluruh rakyat Indonesa untuk menghayati Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, dan juga semboyan Bhinneka Tunggal Ika bahkan sampai kehidupan toleransi beragama tetap terjaga.

Berikut tulisan lengkap Afi yang ia tuangkan di akun Facebook pribadinya tersebut.

"WARISAN
Ditulis oleh Afi Nihaya Faradisa
Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di Swedia atau Israel dari keluarga Kristen atau Yahudi, apakah ada jaminan bahwa hari ini saya memeluk Islam sebagai agama saya? Tidak.
Saya tidak bisa memilih dari mana saya akan lahir dan di mana saya akan tinggal setelah dilahirkan.
Kewarganegaraan saya warisan, nama saya warisan, dan agama saya juga warisan.
Untungnya, saya belum pernah bersitegang dengan orang-orang yang memiliki warisan berbeda-beda karena saya tahu bahwa mereka juga tidak bisa memilih apa yang akan mereka terima sebagai warisan dari orangtua dan negara.

Setelah beberapa menit kita lahir, lingkungan menentukan agama, ras, suku, dan kebangsaan kita. Setelah itu, kita membela sampai mati segala hal yang bahkan tidak pernah kita putuskan sendiri.

Sejak masih bayi saya didoktrin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Saya mengasihani mereka yang bukan muslim, sebab mereka kafir dan matinya masuk neraka.
Ternyata,
Teman saya yang Kristen juga punya anggapan yang sama terhadap agamanya. Mereka mengasihani orang yang tidak mengimani Yesus sebagai Tuhan, karena orang-orang ini akan masuk neraka, begitulah ajaran agama mereka berkata.
Maka,
Bayangkan jika kita tak henti menarik satu sama lainnya agar berpindah agama, bayangkan jika masing-masing umat agama tak henti saling beradu superioritas seperti itu, padahal tak akan ada titik temu.
Jalaluddin Rumi mengatakan, "Kebenaran adalah selembar cermin di tangan Tuhan; jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu,
memperhatikannya, lalu berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh."

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Tags:
FacebookSMA GambiranJawa TengahPancasila
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved